pagi hari ini, penulis mengalami nasib yang kurang baik. Ceritanya bermula dari sehabis mengantar anak ke sekolah, penulis langsung menuju kantor untuk bekerja. sekitar 5 menit melewati kuburan Santa Cruz, di depan ada sebuah taxi yang sedang melaju sambil menyalakan lampu sen arah kanan, mungkin sang sopir bermaksud mau belok kanan. kebetulan disekitar tempat kejadian ada pertigaan yang mau menuju ke arah bemori.Tapi tidak sampai 1 detik sang sopir langsung menyalakan lampu sen bagian kiri. padahal penulis bermaksud mendahului taksi dari arah kiri. Untung saja tidak terjadi kecelakaan fatal dan sambil emosi penulis langsung mendekati taksi tersebut sambil memukul bodi taksi dengan keras. Hal ini dimaksudkan agar sang sopir menyadari kesalahannya. masih dengan emosi yang membara penulis bergegas menuju kantor. Tapi ada satu hal menganjal dalam hati yakni rasa penyesalan yang terlampau dalam. Seharusnya penulis tidak sampai berbuat sejahat itu sama pak supir taksi tadi. Mungkin dia awalnya mau belok kanan, tapi karena didepan ada penumpang yang mau naik taksi tersebut maka tanpa kontrol si supir segera menyalakan lampu sen arah kiri. Rasa penyesalan selalu datang terlambat dan itulah yang sedang penulis alami hari ini. Ingin sekali mau kembali ke taksi tersebut dan meminta maaf kepada sang sopir, namun sudah terlambat. perbuatan bodoh yang seharus tidak saya lakukan kepadanya. Bagaimanapun mereka adalah saudara saya dan keluarga saya juga, bayangan susah mencari duit dan ditambah lagi beban hidup yang harus ditanggung menambah rasa penyesalan saya kepada sang sopir. mau mohon maaf tidak mungkin lagi karena sopir jg aku tidak kenal, ya terasa hanyalah sisa bengkak di jari tangan akibat memukul taksi tersebut. Biarlah kukenang kejadian ini dalam hati dan berdoa kepadanya, semoga Tuhan memaafkan saya dan memberi rejeki yang melimpah kepada pak sopir. Mungkin kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua, terkhusus yang di berdomisili di kota Dili agar dalam berkendara lebih hati-hati dan selalu sabar dan tidak cepat emosi seperti yang dialami penulis hari ini.
Setiap tanggal 2 November umat katolik diseluruh dunia merayakan hari raya para arwah atau dalam bahasa Portugis dia Finados. halnya yang sama terjadi di negara Timor Leste, sebagai negara dengan penganut agama katolik terbesar momen perayaan hari para arwah sangat terasa di Timor Leste. dua hari sebelum perayaan ini dimulai, pemerintah melalui keputusan dewan menteri telah memutuskan tanggal 31 oktober sebagai hari tolerancia de ponto atau dalam bahasa ingris disebut dengan flexible day off bagi seluruh pengawai negeri untuk mempersiapkan diri sebelum perayaan dimulai. persiapan- persiapan yang perlu dilakukan diantaranya: Mudik ke kampung halaman Sebagian besar masyarakat Timor Leste berasal dari berbagai suku dan wilayah yang jauh dari Kota Dili. Maka momen seperti ini biasanya dimanfaat oleh masyarakat yang tinggal di kota Dili untuk mengunjungi sanak keluarga dan melakukan proses tabur bunga bagi anggota keluarga yang dikubur di kampung halaman. Bersih...
Comments