Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan begitulah kira-kira situasi yang aku alami hari ini. Sehabis pemantauan thesis, kepala ini rasanya mau pecah sehabis "dibantai" para dosen yang menguji progres thesisku. Aku bermaksud mau pulang ke kost dan beristirahat sambil memikirkan rencana lanjut perbaikan thesis. Di tengah kebingungan, stress belum lagi hujan hari ini cukup deras membuat aku terpaksa harus cari tempat untuk berlindung. Salah satu tempat yang ku pilih adalah restoran terdekat, kebetulan area kampus terdapat beberapa restoran yang biasa dipakai untuk bersantai sambil makan atau sekedar minum minuman segar. Sambil nunggu hujan ini reda, aku mulai memesan semangkok nasi plus sebotol air mineral untuk mengisi perut dan melepas dahaga, maklum dari siang belum makan jadi rasanya perut ini uda mulai berontak.he.e. Nunggu dan menunggu, hampir 3 jam aku menunggu dengan sabar sambil berharap hujan segera reda. Namun hingga bunyi azan di layar TV pun hujan ini belum juga reda, melihat ke kiri dan ke kanan dibalik ruang kaca restoran masih terlihat awan gelap dan gerimis hujan terus-menerus seakan tak kenal lelah untuk terus mengalir dan mengalir. Aku merasa betul-betul terkurung dalam ruang kaca, hanya bisa melihat ke luar dan berharap hujan ini segera reda. disekelilingiku, ku lihat karyawan restoran sudah mulai beres-beres kursi, meja dan perablot lainnya seakan memberi tanda kepadaku bahwa restoran ini akan segera ditutup. Ya ampun, pikirku dalam hati. haruskah aku pergi dalam kondisi hujan deras seperti ini? bukankah kemarin juga aku harus berbasah-basahan sambil membawa dokumen thesis yang tertinggal di kost dan membawanya ke dosen pembimbingku?. Mungkin kali ini aku tidak punya pilihan lain, sambil membayar tagihan Rp.20.000 ke kasir restoran, aku mulai melangkah ke luar ditemani sebuah payung murahan ditengah kegelapan malam, dinginnya tiupan angin dan desiran air hujan yang terus mengalir disekelilingiku seakan tidak kenal kata kompromi kepadaku.he.e.e.
Setiap tanggal 2 November umat katolik diseluruh dunia merayakan hari raya para arwah atau dalam bahasa Portugis dia Finados. halnya yang sama terjadi di negara Timor Leste, sebagai negara dengan penganut agama katolik terbesar momen perayaan hari para arwah sangat terasa di Timor Leste. dua hari sebelum perayaan ini dimulai, pemerintah melalui keputusan dewan menteri telah memutuskan tanggal 31 oktober sebagai hari tolerancia de ponto atau dalam bahasa ingris disebut dengan flexible day off bagi seluruh pengawai negeri untuk mempersiapkan diri sebelum perayaan dimulai. persiapan- persiapan yang perlu dilakukan diantaranya: Mudik ke kampung halaman Sebagian besar masyarakat Timor Leste berasal dari berbagai suku dan wilayah yang jauh dari Kota Dili. Maka momen seperti ini biasanya dimanfaat oleh masyarakat yang tinggal di kota Dili untuk mengunjungi sanak keluarga dan melakukan proses tabur bunga bagi anggota keluarga yang dikubur di kampung halaman. Bersih...
Comments