Pulau TIMOR biasa orang menyebut.. terbagi menjadi dua Timor-Barat (NTT) beribu kota Kupang dan Timor Leste beribu kota Dili. Sejak 1999 Timor Leste melepas dari RI menjadi sebuah negara merdeka melalui sebuah refendum yang dimenangkan oleh Pro kemerdekaan. Banyak cerita dan kejadian yang piluh akibat lepasnya Timor-Timur (waktu itu) menjadi sebuah Negara. Kini setelah menjadi sebuah negara merdeka Timor Leste mulai berbenah. Dibawa pimpinan Perdana Menteri Xanana Gusmao, Timor Leste setidaknya telah mengalami banyak perubahan. Banyak investor terutama dari Indonesia, Australia, Singapure, Malaysia, China, india, Pilipina dll. berlomba-lomba menanamkan modalnya di bumi Loro Sae. Selain mengandalkan modal Sumber minyak dan Gas sebagai pemasuk utama ekonomi Timor Leste, ada juga beberapa sektor seperti, sektor Turism, Tax import dan Export serta para turis yang megunjungi Timor Leste. Beberapa kementerian di kabinet AMP juga bahu membahu merencana program kerja yang sangat vital bagi kemajuan negeri ini diantaranya: Dari Kementerian Pertanian melalui program kerjanya membeli hand tractor kepada para petani untuk mendukung meningkat hasil pertanian. Kementerian Infrastructure melalui program paket refendum memperbaiki jalan raya, jembatan, dan lain-lain. Begitu pun yang dilakukan oleh kementerian lain. Diresaun Nasional Info, Communcation and Technology (DNICT) dibawa kementerian Infrastruktur melalui NCP (National Connectivity Project) telah ikut membantu meningkatkan pelayanan internet baik dikantor-kantor di Dili, Baucau (PNTL, Kantor Bupati), Oecussi (PTNL, Kantor Bupati, Kantor Secretado de estado Regiaun Oecussi, Kantor Imingrasau Oecussi), Ermera (kantor Bupati), Maliana (akan menyusul) dan terakhir adalah Kantor Imigrasi RDTL (batugade). Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Timor Leste dan RI memiliki beberapa titik perbatasan yang perlu dijaga oleh kedua belah pihak. Secara geografikal dan kultural masyakarat yang tinggal di tapal batas kedua negera tidak bisa dengan mudah dikontrol, hal ini menyebabkan terjadi lintas batas ilegal melalui jalan tikus yang terbentang di sepanjang perbatasan. Kelemahaan Pengontrol terutama di pihak RDTL menurut penulis disebabkan karena Selain keterbatasan Personil keamanan, transportasi juga karena ketidaktersediaan sarana komunikasi. Melalui NCP DNICT telah melakukan beberapa survey terutama di perbatasan RDTL-RI. Dari hasil survey tersebut tim DNICT menemukan masalah yang sama namun sangat vital Yakni Keterbatasan sumber daya listrik. Untuk bisa mempunyai sebuah sistem komunikasi (entah itu Radio, internet dll) yang handal minimal harus ada listrik. Pengalaman DNICT melalui NCP, tiap site yang penulis telah sebutkan di atas terutama di Oecussi (dikantor Secretado Estado Regiun Oecussi listrik akan nyala hanya pada saat jam kantor setelah itu perangkat VSAT, Router, Switch akan mati hingga menunggu listrik EDTL Oecussi nyala dari jam 18.00 sampai 12.00 dini hari. Begitupun yang terjadi di Batugade. On-OFF terhadap perangkat akan menyebabkan kerusakan pada alat yang harganya cukup mahal bila dibandingkan dengan harga Bandwidth internet. Kehadiran Internet di Timor Leste terutama di daerah perbatasan (Batugade) tidak hanya membantu para petugas untuk membaca dan mengetahui informasi di dunia luar tapi lebih dari itu adalah dengan kehadiran fasilitas internet di perbatasan Batugade ikut menbantu program Border Management System (BMS) yang digalakkan oleh IOM. Dengan Web Base Application BMS tidak hanya membantu petugas Imigrasi dalam melakukan pemerikasaan keluar-masuk manusia yang melewati perbatasan Batugade tapi juga bisa meyampaikan informasi yang real time ke kantor imigrasi pusat Dili bila ada masalah dengan dokumen passport atau masalah kriminal yang dilakukan seseorang baik negara asal atau di negara tempat di berkunjung.
Setiap tanggal 2 November umat katolik diseluruh dunia merayakan hari raya para arwah atau dalam bahasa Portugis dia Finados. halnya yang sama terjadi di negara Timor Leste, sebagai negara dengan penganut agama katolik terbesar momen perayaan hari para arwah sangat terasa di Timor Leste. dua hari sebelum perayaan ini dimulai, pemerintah melalui keputusan dewan menteri telah memutuskan tanggal 31 oktober sebagai hari tolerancia de ponto atau dalam bahasa ingris disebut dengan flexible day off bagi seluruh pengawai negeri untuk mempersiapkan diri sebelum perayaan dimulai. persiapan- persiapan yang perlu dilakukan diantaranya: Mudik ke kampung halaman Sebagian besar masyarakat Timor Leste berasal dari berbagai suku dan wilayah yang jauh dari Kota Dili. Maka momen seperti ini biasanya dimanfaat oleh masyarakat yang tinggal di kota Dili untuk mengunjungi sanak keluarga dan melakukan proses tabur bunga bagi anggota keluarga yang dikubur di kampung halaman. Bersih...




Comments