Di setiap sudut kota Dili, sekarang lagi digalakan program pembersihan kota Dili sebagai ibu kota negeri ini. Informasi yang beredar menyatakan bahwa para petugas kebersihan atau di indonesia di sebut pasukan kuning dibantu oleh polisi dan seguransa civil melakukan tindakan siaga alias tiap saat berkeliling kota untuk melakukan tindakan pembersihan terhadap pedagang kaki lima.Sungguh ironis memang nasib masyarakat yang mengadu nasib di negeri ini. Banyak diantara mereka adalah para korban kerusuhan politik dan militer 2006. Lebih menyedihkan lagi tadi malam ada berita di TVTL yang menyebutkan seorang pedagang gerobak baru melewati kantor solidaridade dirusak dagagang oleh petugas kebersihan dan seguransa civil. Ada beberapa alasan yang dilontar baik itu oleh Administrador Dili maupun para petugas yakni Kota Dili adalah ibukota negara harus bersih,teratur dan menawan. Kalau dilihat dari sudut penataan kota, kota Dili memang harus dibenahi. Bangunan liar harus dirapikan, jalan raya harus di hotmix dan lain sebagainya. Petumbuhan penduduk, ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, pengangguran, ketidak taatan dan kurang kesadaran hukum dari masyarakat semakin menambah beban di ibukota. Para pemimpin boleh berteriak atas nama hukum tapi kalau masyarakat kecil tidak diberi kondisi maka tindakan pembersihan ibukota oleh para pasukan kuning dan Seguransa civil akan sia-sia. Tak sengaja teman saya orang india menyatakan "Timor Leste is small country but too many problems". Persoalan penataan ibukota tidak bisa terpecahkan hanya dengan merapikan pedagang kaki lima. India yang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di Asia setelah China saja masih perkeliaran pedagang kaki lima, atau Indonesia saja masih banyak pedagang kaki yang berkeliaran di sudut-sudut kota. Maka yang menjadi pertanyaan mendasar adalah kosep kebersihan kota model apakah yang akan diterapkan di Timor Leste khususnya Dili sebagai Ibukota negara?.salam
Setiap tanggal 2 November umat katolik diseluruh dunia merayakan hari raya para arwah atau dalam bahasa Portugis dia Finados. halnya yang sama terjadi di negara Timor Leste, sebagai negara dengan penganut agama katolik terbesar momen perayaan hari para arwah sangat terasa di Timor Leste. dua hari sebelum perayaan ini dimulai, pemerintah melalui keputusan dewan menteri telah memutuskan tanggal 31 oktober sebagai hari tolerancia de ponto atau dalam bahasa ingris disebut dengan flexible day off bagi seluruh pengawai negeri untuk mempersiapkan diri sebelum perayaan dimulai. persiapan- persiapan yang perlu dilakukan diantaranya: Mudik ke kampung halaman Sebagian besar masyarakat Timor Leste berasal dari berbagai suku dan wilayah yang jauh dari Kota Dili. Maka momen seperti ini biasanya dimanfaat oleh masyarakat yang tinggal di kota Dili untuk mengunjungi sanak keluarga dan melakukan proses tabur bunga bagi anggota keluarga yang dikubur di kampung halaman. Bersih...
Comments