Perjalanan dari Dili ke Motain perbatasan Timor Leste-Indonesia dimulai jam 8.30 WTL. Dalam perjalanan kali ini penulis ditemani Pak Hilman Akil dan Lindalva. Kebetulan penulis menempati kursi depan, sehingga bisa leluasa mengambil foto ke beberapa obyek yang penulis suka dan patut untuk diceritakan dalam blog ini. Foto yang dipajang di blog ini, adalah refleksi dari kisah perjalanan menuju Mota ain; border antara Timor Leste-Indonesia. Di foto pertama kondisi jalan raya yang jaraknya sangat berdekatan air laut. Jalan raya tersebut telah mengalami pelebaran setelah terjadi longsor beberapa tahun lalu. Foto kedua adalah jembatan Lo'es yang dibangun sejak zaman Indonesia dan sampai sekarang masih digunakan. foto ketiga tampak mobil kami dihalangi oleh kerbau yang sengaja dibiarkan oleh pemiliknya untuk berkeliaran dan mencari rumput di sekitar jalan raya. Foto keempat tampak bis dari District Maliana sedang mengangkut penumpang menuju Dili. Setelah melewati perjalanan yang melelahkan ini, tepat pukul 11.oo WTL (waktu Timor Leste) kami tiba di Mota Ain; perbatasan Timor Leste-RI. Kantor Custom yang sering dijaga petugas polisi perbatasan dan imigrasi dalam kodisi sepih dan tanpa petugas. Melihat keadaan ini kami memutuskan untuk melanjut perjalanan ke Kantor imigrasi dimana koneksi internet dipasang di kantor tersebut. Setiba di kantor imigrasi, kamu dikaget dengan banyak kursi, tenda, spanduk dan musik yang dibawakan oleh Group band dari Timor Leste. Setelah beristirahat sejenak, penulis dan Pak Hilman langsung berbicara dengan Bapak Liu Selaku petugas imigrasi mengenai tujuan kami mengunjungi Mota ain, dari penuturan beliau; kami sadar bahwa ternyata hari ini tidak ada pelayanan publik karena ada peresmian Border Pass yang akan dihadiri oleh President Timor Leste dan beberapa pejabat tinggi dari Timor Leste maupun dari Indonesia. Kami juga tidak bisa melakukan pengecekan koneksi internet di kantor imigrasi karena aliran listrik yang seharusnya digunakan untuk menghidupkan perangkat, ternyata digunakan lagi oleh pihak panitia untuk menghidupi perangkat musik yang dibawakan oleh band local dari Timor Leste dalam menghibur para tamu yang hadir di acara tersebut. Sekitar jam 16.30 kami kembali dari mota ain dan sekitar jam 6.30 kami tiba kembali di kota Dili.
Perjalanan dari Dili ke Motain perbatasan Timor Leste-Indonesia dimulai jam 8.30 WTL. Dalam perjalanan kali ini penulis ditemani Pak Hilman Akil dan Lindalva. Kebetulan penulis menempati kursi depan, sehingga bisa leluasa mengambil foto ke beberapa obyek yang penulis suka dan patut untuk diceritakan dalam blog ini. Foto yang dipajang di blog ini, adalah refleksi dari kisah perjalanan menuju Mota ain; border antara Timor Leste-Indonesia. Di foto pertama kondisi jalan raya yang jaraknya sangat berdekatan air laut. Jalan raya tersebut telah mengalami pelebaran setelah terjadi longsor beberapa tahun lalu. Foto kedua adalah jembatan Lo'es yang dibangun sejak zaman Indonesia dan sampai sekarang masih digunakan. foto ketiga tampak mobil kami dihalangi oleh kerbau yang sengaja dibiarkan oleh pemiliknya untuk berkeliaran dan mencari rumput di sekitar jalan raya. Foto keempat tampak bis dari District Maliana sedang mengangkut penumpang menuju Dili. Setelah melewati perjalanan yang melelahkan ini, tepat pukul 11.oo WTL (waktu Timor Leste) kami tiba di Mota Ain; perbatasan Timor Leste-RI. Kantor Custom yang sering dijaga petugas polisi perbatasan dan imigrasi dalam kodisi sepih dan tanpa petugas. Melihat keadaan ini kami memutuskan untuk melanjut perjalanan ke Kantor imigrasi dimana koneksi internet dipasang di kantor tersebut. Setiba di kantor imigrasi, kamu dikaget dengan banyak kursi, tenda, spanduk dan musik yang dibawakan oleh Group band dari Timor Leste. Setelah beristirahat sejenak, penulis dan Pak Hilman langsung berbicara dengan Bapak Liu Selaku petugas imigrasi mengenai tujuan kami mengunjungi Mota ain, dari penuturan beliau; kami sadar bahwa ternyata hari ini tidak ada pelayanan publik karena ada peresmian Border Pass yang akan dihadiri oleh President Timor Leste dan beberapa pejabat tinggi dari Timor Leste maupun dari Indonesia. Kami juga tidak bisa melakukan pengecekan koneksi internet di kantor imigrasi karena aliran listrik yang seharusnya digunakan untuk menghidupkan perangkat, ternyata digunakan lagi oleh pihak panitia untuk menghidupi perangkat musik yang dibawakan oleh band local dari Timor Leste dalam menghibur para tamu yang hadir di acara tersebut. Sekitar jam 16.30 kami kembali dari mota ain dan sekitar jam 6.30 kami tiba kembali di kota Dili.
Comments