Gejala Dengue
Tanggal 1 maret 2008 putriku, Sonali tidak seperti biasanya, abis bangun tidur bersama saudaranya Junior main di halaman rumah atau menemani ibu dan bapaknya buat Roti kukus dan Nogosari untuk di jual. Hari ini terlihat murung dan terlihat tidak semangat, karena rasa penasaran aku mendekati putriku ternyata badannya terasa panas dan ingin muntah bila dikasih makan. Sebagai orang tua aku tidak tega bila melihat kondisi putriku. Abis menyelesaikan semua urusan yakni pembuatan roti kukus dan nogosati istri langsung kasih obat untuk putriku.Rasanya aku tidak tega bawa putriku ke Hera sekitar 3 km dari kota dili untuk ambil daun pisang di tempat para suster, maklum kami tidak tanah dan stok daun pisang sehingga hamoir tiap akhir minggu kami ambil daun pisang untuk nogosari tapi karena rasa kasihan sama istri dan kakak ipar istri dari sepupu saya yang kebetulan mau ke Hera untuk beli babi dan di pelihara di rumahnya membuat aku terpaksa membawa putriku ke sana. Bersama keponakan Veby kami berempat menumpang mikrolet jurusan Hera dari terminal Hali laran. Sepanjang perjalanan melewati bukit dan terik matahari sekitar jam 11 siang kami tiba di Hera. Sepanjang perjalanan aku selalu memperhatikan keadaan putriku di pangkuangku, dia masih terlihat loyo, badan masih panas. Setelah tiba di Hera biasanya dia langsung pergi bermain-main bersama temannya tapi hari ini terlihat lain dari yang lain, karena kondisi lemah aku membwanya ketempat tidur Tio paul dan Tia mingga tetangga dekatku kala kami masih mengungsi di tempat para suster. selama putriku terbaring ditempat tidur aku selalu memperhatikan kondisinya, dia terlihat ngantuk sekali, namun panasnya tidak menunjukkan hasil yang berarti. Pa ama iha nebe? lalu aku bilang Nona nia Ama ba foti hodi tahan, setelah mendengar penjelasanku dia langsung tidur lagi. karena cape dan kurang tidur karena harus bangun jam 4 pagi bantu istri buat kue, sambil tunggu putriku aku tidur di atas ayaman bambu yang terletak di luar rumah. Ammmaa, Apaaaa! itulah teriakan anakku kedua kali dari tempat tidur. Aku bergegas ketempat tidur sambil megendongnya. Nona hakarak han bakso ga lae? tanyaku pada putriku, lalu di jawab hakarak maklum karena pagi hari putriku sempat sarapan namun di muntah lagi sehingga kami bawakan bakso untuknya bila di Hera Putriku merasa lapar. Sekitar jam 13.00 siang kami berempat kembali ke rumah, sambil menunggu veny istriku dan istri kakak sepupu memperbaiki barang bawaan mereka lebih-lebih seekor babi kecil yang baru di beli oleh kak leta. kau gendong putriku dan kondisinya masih belum ada perubahan. Sesampai dirumah kami langsung makan siang karena rasa lapar yang tak tertahankan lagi. Sehabis makan siang aku dan istri beres-beresin barang yang baru bawa dari hera. sEtelah aku langsung parut kelapa untuk roti kukus dan kue dadar. Semua kegiatanku tak sedikitpun aku mengira bahwa putriku bakal kena penyakit gejala demam berdarah. Rasa kaget dan panik sekitar jam 17 hari sabtu tiba-tiba aku menerima telepon dari istriku bahwa sonali masuk ruang emergency, tolong bawakan baju ganti. oh ..tuhan apa yang telah terjadi atas putri? tanpa pikir panjang aku langsung tinggal gorengan gula putih untuk bahan roti kukus, langsung aku isi bajuku dan pakaian istriku sambil bergegas ke rumah sakit. Sebenarya aku sendiri tidak menyadari kenapa aku selalu diliputi perasaan takut dan kuatir setiap menghadapi sebuah masalah?. Pengalaman dalam berkeluarga, riwayat kesehatan anakku, dan mendampingi mama di saat-saat kritis menjadi sebuah kisah yang penuh misteri. continue
Tanggal 1 maret 2008 putriku, Sonali tidak seperti biasanya, abis bangun tidur bersama saudaranya Junior main di halaman rumah atau menemani ibu dan bapaknya buat Roti kukus dan Nogosari untuk di jual. Hari ini terlihat murung dan terlihat tidak semangat, karena rasa penasaran aku mendekati putriku ternyata badannya terasa panas dan ingin muntah bila dikasih makan. Sebagai orang tua aku tidak tega bila melihat kondisi putriku. Abis menyelesaikan semua urusan yakni pembuatan roti kukus dan nogosati istri langsung kasih obat untuk putriku.Rasanya aku tidak tega bawa putriku ke Hera sekitar 3 km dari kota dili untuk ambil daun pisang di tempat para suster, maklum kami tidak tanah dan stok daun pisang sehingga hamoir tiap akhir minggu kami ambil daun pisang untuk nogosari tapi karena rasa kasihan sama istri dan kakak ipar istri dari sepupu saya yang kebetulan mau ke Hera untuk beli babi dan di pelihara di rumahnya membuat aku terpaksa membawa putriku ke sana. Bersama keponakan Veby kami berempat menumpang mikrolet jurusan Hera dari terminal Hali laran. Sepanjang perjalanan melewati bukit dan terik matahari sekitar jam 11 siang kami tiba di Hera. Sepanjang perjalanan aku selalu memperhatikan keadaan putriku di pangkuangku, dia masih terlihat loyo, badan masih panas. Setelah tiba di Hera biasanya dia langsung pergi bermain-main bersama temannya tapi hari ini terlihat lain dari yang lain, karena kondisi lemah aku membwanya ketempat tidur Tio paul dan Tia mingga tetangga dekatku kala kami masih mengungsi di tempat para suster. selama putriku terbaring ditempat tidur aku selalu memperhatikan kondisinya, dia terlihat ngantuk sekali, namun panasnya tidak menunjukkan hasil yang berarti. Pa ama iha nebe? lalu aku bilang Nona nia Ama ba foti hodi tahan, setelah mendengar penjelasanku dia langsung tidur lagi. karena cape dan kurang tidur karena harus bangun jam 4 pagi bantu istri buat kue, sambil tunggu putriku aku tidur di atas ayaman bambu yang terletak di luar rumah. Ammmaa, Apaaaa! itulah teriakan anakku kedua kali dari tempat tidur. Aku bergegas ketempat tidur sambil megendongnya. Nona hakarak han bakso ga lae? tanyaku pada putriku, lalu di jawab hakarak maklum karena pagi hari putriku sempat sarapan namun di muntah lagi sehingga kami bawakan bakso untuknya bila di Hera Putriku merasa lapar. Sekitar jam 13.00 siang kami berempat kembali ke rumah, sambil menunggu veny istriku dan istri kakak sepupu memperbaiki barang bawaan mereka lebih-lebih seekor babi kecil yang baru di beli oleh kak leta. kau gendong putriku dan kondisinya masih belum ada perubahan. Sesampai dirumah kami langsung makan siang karena rasa lapar yang tak tertahankan lagi. Sehabis makan siang aku dan istri beres-beresin barang yang baru bawa dari hera. sEtelah aku langsung parut kelapa untuk roti kukus dan kue dadar. Semua kegiatanku tak sedikitpun aku mengira bahwa putriku bakal kena penyakit gejala demam berdarah. Rasa kaget dan panik sekitar jam 17 hari sabtu tiba-tiba aku menerima telepon dari istriku bahwa sonali masuk ruang emergency, tolong bawakan baju ganti. oh ..tuhan apa yang telah terjadi atas putri? tanpa pikir panjang aku langsung tinggal gorengan gula putih untuk bahan roti kukus, langsung aku isi bajuku dan pakaian istriku sambil bergegas ke rumah sakit. Sebenarya aku sendiri tidak menyadari kenapa aku selalu diliputi perasaan takut dan kuatir setiap menghadapi sebuah masalah?. Pengalaman dalam berkeluarga, riwayat kesehatan anakku, dan mendampingi mama di saat-saat kritis menjadi sebuah kisah yang penuh misteri. continue
Comments